Karya: Toto Sudarto Baachtiar
Tjinta. Engkau jang sudah sekali datang masuklah
Menjatu diri dengan irama tanpa tepi
Laut jang selalu mengalir, malam tiada berachir
Tjumbu hidup nafas kotaku jang kekal Lanjutkan membaca “Pekarangan”
Karya: Toto Sudarto Baachtiar
Tjinta. Engkau jang sudah sekali datang masuklah
Menjatu diri dengan irama tanpa tepi
Laut jang selalu mengalir, malam tiada berachir
Tjumbu hidup nafas kotaku jang kekal Lanjutkan membaca “Pekarangan”
Karya: Toto Sudarto Bachtiar
Jang sampai dimalam bisu
Desah jang mendjadi kalimat terachir
Untuk tekebur dan menolak kedjang lupa
O, kekasih biarpun jang dimana
Dari putus asa sampai lapar putus asa
Kugamit suaraku sendiri
Sampai tak ada jang mendengar
Kemudian. Sampai menemukan sebuah nama:
Jang memantulkan katja: Terlintas bajang-bajang
Sendiri diatas runtuhan
Keruntuhan adalah djedjak tjinta! Tunggu!
1953
Suara, Kumpulan Sadjak 1950-1955
kepada C.A.
Karya: Toto Sudarto Bachtiar
Aku makin mendjauh
Dari tempatmu berkata kesekian kali
Laut-laut makin terbuka
Dibawah langit remadja biru pengap melanda Lanjutkan membaca “Pernjataan”
Karya: Sapardi Djoko Damono
Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
MencintaiMu(mu) harus menjadi aku
Karya: Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Karya: W.S. Rendra
Ma, nyamperin matahari dari satu sisi.
Memandang wajahmu dari segenap jurusan.
Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan.
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku.
Aku merindukan wajahmu, Lanjutkan membaca “Pamflet Cinta”
Ibu,
Ingin kupersembahkan padamu
Sekuntum mawar
Karena cintaku seharum baunya Lanjutkan membaca “Keluhan Anak pada Ibunya”